Selasa, 07 Agustus 2012

Ulama yang menjaga kebenaran


Diriwayatkan oleh al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad (12/ 346 ) dan dinukil oleh al-Hafidh Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitabnya an-Nukat ash-Shalahiyyah, pada pembahasan hadits Maqlub (ma’rifatul maqlub berarti hadits-hadits yang diputar balik).
Terdapat dua kisah masyhur di sana, salah satunya adalah kisah Abu Nu’aim dan berikutnya adalah kisah al-Bukhari rahimahullah .
Adapun kisah Abu Nu’aim, al-Khatib meriwayatkan dari jalan Ahmad bin Manshur ar-Ramadi (dari kalangan muhaditsin) -waktu itu tingkatannya masih kecil dibandingkan dengan tiga tokoh yang ada dalam kisah ini, Abu Nu’aim, al-Imam Ahmad, dan shahabatnya yaitu Yahya ibnu Ma’in, yang sangat ditakuti oleh para pemalsu hadits, dan yang lainnya karena Yahya bin Ma’in sangat jeli dan menguji seorang perawi dan akan ketahuan. Sedangkan Abu Nu’aim adalah termasuk syaikhnya al-Bukhari dari masyayih (guru-guru)nya yang besar-, mengatakan :
Aku keluar melakukan safar bersama Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in menuju Abdur Razaq ash-Shan’ani, -beliau seorang muhaddits yang terkenal dalam tarikh (sejarah), orang yang paling banyak didatangi oleh muhadditsin, ketika berada di Shan’a-, maka tatkala kami pulang ke negeri Kuffah. Berkata Yahya bin Ma’in kepada al-Imam Ahmad bin Hanbal : “Saya ingin menguji Abu Nu’aim –apakah benar-benar tsiqah/tidak-“ Maka al-Imam Ahmad mengatakan : “Jangan kamu lakukan itu, dia itu tsabit (orang yang teguh), jelas dan tidak perlu diuji”.
Akan tetapi, Yahya bin Ma’in tidak peduli. Maka diapun mengambil selembar kertas kemudian menulis dalam satu lembar itu 30 hadits dari haditsnya Abu Nu’aim, kemudian pada setiap akhir dari 10 hadits itu, beliau memasukkan hadits yang bukan dari riwayat Abu Nu’aim, kemudian kamipun mendatangi Abu Nu’aim, maka diapun keluar menemui kami, kemudian duduk di atas bangku panjang di beranda rumahnya yang berdampingan dengan pintu rumahnya, dan Abu Nu’aim mendudukkan al-Imam Ahmad di samping kanannya dan Yahya bin Ma’in di samping kirinya. Dan saya -Ahmad bin Manshur- duduk di bawah. Maka Yahya bin Ma’in pun mulai membaca 10 hadits yang pertama, dalam keadaan Abu Nu’aim mendengarkannya, kemudian membaca hadits yang ke sebelas, maka berkata Abu Nu’aim : “Ini bukan hadits saya, hapus hadits itu”.
Kemudian Yahya bin Ma’in membaca 10 hadits yang kedua, kemudian membaca hadits yang ke dua puluh satu, maka berkata Abu Nu’aim : “Ini juga bukan hadits saya, hapus hadits itu”. Kemudian dibaca 10 hadits yang terakhir, kemudian membaca hadits sisipan yang ketiga.
Maka di sinilah Abu Nu’aim marah, maka berubahlah wajah Abu Nu’aim -tahu bahwa ia sedang diuji oleh Yahya bin Ma’in-. Kemudian Abu Nu’aim menggenggam lengannya al-Imam Ahmad yang ada di samping kanannya, kemudian beliau mengatakan : “Adapun ini, maka wara’ (kesederhanaan)nya orang ini menghalanginya untuk berbuat seperti ini, dan adapun ini, mengisyaratkan kepada Ahmad ar-Ramadi, maka dia masih kecil untuk bisa melakukan yang seperti ini, akan tetapi ini dari perbuatanmu, wahai orang yang melakukan”.
Kemudian beliau mengeluarkan kakinya dari balik pakaiannya kemudian ditendangnya Yahya bin Ma’in, seingga dia jungkir balik (berputar), kemudian Abu Nu’aim masuk ke rumahnya dan ditutup pintu rumahnya.
Maka Ahmad berkata kepada Yahya bin Ma’in: “Bukankah saya sudah melarangmu untuk melakukan itu, dan aku mengatakan kepadamu bahwa orang ini tsabt/tsiqah”. Yahya bin Ma’in berkata kepada al-Imam Ahmad : “Satu tendangan ini lebih aku sukai daripada safar yang saya lakukan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar